
Oleh : Intan Sri Lestari
Masa-masa pandemi adalah masa sulit bagi kita semua, baik bagi negara, lembaga, perusahaan, maupun individu. Semua sektor terdampak dan terkena krisis karena pandemi ini, salah satunya adalah sektor bisnis.
Hal tersebut dijelaskan oleh Helmi Yahya dalam Kelas CICIL yang diselenggarakan oleh kolaborasi Cicil.co.id khusus region Surabaya dan Malang bersama Bedah Bisnis (Bedahbisnis.id) pada Selasa (22/12).
Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 tentu membuat semua orang kaget dan belum sempat menyiapkan strategi untuk menghadapinya. Helmy Yahya menyebutkan bahwa kondisi krisis saat ini ia sebut sebagai ICU2, “Saya menyebutnya ICU2, orang menyebutnya kita dalam kondisi krisis, darurat. Makanya banyak sekali yang ICU, banyak yang give up, banyak yang stres, dan banyak yang kehilangan pekerjaan”.
ICU yang dimaksud dalam hal ini bukanlah ruangan yang ada di Rumah Sakit, melainkan kependekan dari Improve your character, Check the business, Upgrade your skills, dan Update the channeling.
“Ini adalah rumus dan tips dari saya, supaya kita dapat keluar dari krisis dengan memanfaatkan krisis tersebut,” tuturnya. Semua setuju bahwa sukses tidak hanya ditentukan dari otak yang pintar ataupun sekolah yang tinggi, tetapi juga karakter kita. Helmy Yahya mengatakan, “Sukses itu tidak cukup hanya berbekal kepintaran atau sekolah saja, tetapi karakter seseorang kadang-kadang jauh lebih menentukan kunci sukses mereka.”
“Meskipun bukan orang yang pintar secara akademis, peluang untuk sukses lebih besar, asal, mau belajar. Perlu diingat, belajar dan sekolah adalah dua hal yang berbeda,” tambahnya.
Lebih lanjut, Helmy Yahya meminta agar kita semua menjadi orang yang solutif dan tidak hanya marah-marah atau mengeluh saja di tengah pandemi ini. “Kalau mau sukses, tidak cukup dengan mengeluh, tidak cukup dengan marah-marah, tetapi kita harus melakukan sesuatu. Daripada mengeluh, mari kita sama-sama mencari solusi,” tuturnya. Helmy Yahya juga mengatakan bahwa tidak ada solusi yang akan didapatkan dari mengeluh dan marah-marah.
Helmy Yahya mengajak kita semua untuk bangkit di tengah krisis. Crisis is our brand. Kita perlu belajar dari pengalaman Helmy Yahya, yang bukan hanya sekali dua kali bangkit dari krisis, “Di mana terjadi krisis, saya justru reborn,” ujar Helmy Yahya.
Pada tahun 1998, terjadi krisis moneter besar-besaran yang melanda hampir seluruh negara, membuat inflasi naik secara drastis, tingkat suku bunga pun mencapai 50%, membuat banyak perusahaan gulung tikar karena tidak kuat menghadapi krisis yang melanda. Pada tahun yang sama, Helmy Yahya mendirikan sebuah perusahaan entertainment yang ternyata sukses besar, padahal di kala itu ada banyak perusahaan yang gulung tikar.
Kenapa bisa begitu? Karena Helmy Yahya dapat menganalisa kondisi dan melakukan sesuatu, bukan hanya marah-marah dan mengeluh saja. “Pada saat krisis moneter 1998, saya mendirikan perusahaan entertainment yang ternyata sukses besar,” ujarnya. Helmy Yahya juga menjelaskan kenapa perusahaannya dapat sukses di tengah krisis padahal banyak perusahaan yang gulung tikar, “Karena pada saat krisis seperti itu, banyak orang yang butuh hiburan”, begitu jelasnya.
Menganalisa kondisi dan peluang sangatlah penting untuk dilakukan agar dapat bertahan di tengah krisis. Dengan analisa yang tepat, maka kita dapat membuat langkah yang tepat pula untuk mengatasi krisis.
Tidak ada komentar saat ini.