
Oleh: Anna Zakiyyah Derajat
Minggu (30/08), Ambassador CICIL Makasar telah menyelenggarakan Kelas CICIL secara virtual via Google Meet. Acara ini mengusung tema yang cukup menarik, yaitu “Mengenali Potensi Diri, Passion, dan Self-Leadership untuk Karir Masa Depan”. Tentunya, Kelas CICIL ini diisi oleh orang-orang yang kompeten dalam bidangnya, seperti Indra Dwi Prasetyo selaku Managing Director ID Next Leader, dan perempuan inspiratif yaitu Nabilah Kinanti selaku Community Coordinator CICIL Bandung.
Setiap individu tentunya memiliki permasalahan dalam hidup. Mayoritas permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mereka dapat menaklukkan dirinya sendiri—khususnya untuk mereka yang memang sudah cukup berumur. Kata passion saat ini sudah menjadi semacam mantra. Banyak orang dengan fasihnya berbicara tentang passion dan dengan mudahnya mengklaim sesuatu sebagai passion mereka. Tetapi, di samping itu juga banyak yang masih belum tahu apa passion mereka.
Secara makna, passion sendiri memiliki arti sebuah perasaan antusiasme atau kegembiraan yang kuat akan sesuatu atau tentang melakukan sesuatu. Beberapa orang menganggap bahwa passion hanya bersifat jangka pendek. Namun, ada pula orang yang menjadikan passion sebagai dorongan positif jangka panjang hingga menemukan kesuksesan.
“Ada banyak cara untuk mengenali passion diri, salah satunya dengan empat poin ini, yaitu education, skill, strength, dan opportunity. Sebuah peluang yang baik, akan menjadikan ruang baik pula untuk mengembangkan passion seseorang,” ucap Indra.
Peluang dan passion adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar jika kesuksesan hadir dari peluang. Apabila kita pandai memanfaatkan suatu peluang, akan ada banyak langkah menuju sukses. Namun, tentunya bukan hal itu saja yang menunjang kesuksesan seseorang, karena peluang bisa hadir berulang kali dan bisa ditemukan di sekitar kita. Begitu pun sebaliknya, seseorang yang sudah memiliki passion tetapi tidak memanfaatkan peluang sama saja sia-sia.
“Selain empat poin tadi, ada dua cara yang bisa dijadikan penunjang dalam menemukan passion. Ada cara panjang, yaitu dengan memfokuskan diri dengan skill yang ada, tetapi tidak memiliki personal branding. Yang kedua adalah cara pendek dengan mempromosikan skill yang dimiliki serta lingkaran pertemanan yang bisa menunjang karirnya. Orang yang hanya fokus pada skill saja tanpa adanya personal branding akan tenggelam dan tergantikan oleh orang yang fokus pada skill, personal branding, dan circle yang tepat,” tambah Indra.
Seperti yang dikatakan oleh Leo Tolstoy, seorang sastrawan Rusia, bahwa setiap orang berpikir untuk mengubah dunia. Namun, tidak ada satu pun yang berpikir untuk mengubah diri sendiri. Perlu digaris bawahi bahwa passion, potensi diri, dan jiwa kepemimpinan seseorang tidak akan terbentuk jika bukan orang itu sendiri yang mencari dan membentuknya.
“Menurut saya, passion kurang tepat untuk dijadikan sebagai pekerjaan tetap. Karena, tiap orang tidak hanya memiliki satu passion, mayoritas dari mereka pun belum tahu passion apa yang dimilikinya, dan jika passion dijadikan sebagai pekerjaan tetap, hanya sedikit yang mengarah ke sana,” papar Nabilah.
Banyak cara untuk menemukan dan mengembangkan potensi diri, tetapi sebagian orang yang telah mengetahui skill dalam dirinya terkadang berbelok dari jalur apa yang dia sukai. Banyak di antara mereka yang tidak menjadikan passion sebagai pekerjaan tetap mereka. Tetapi, ada juga yang memang hanya menjadikan passion mereka sebagai sampingan.
Tidak ada komentar saat ini.